Code Banner "Materi Tauhid"
Code Banner "Say No! To Terrorism!"

14 Agustus 2009

Terorisme Bukan Ajaran Islam (VI)

Jihad Kaum Teroris, Jihad Karena Emosi

Al-Ustadz Muhammad bin 'Umar As-Sewed Hafidzahullah

Tujuan dakwah Islam –sebagaimana telah diketahui bersama-- adalah menyelamatkan seluruh umat manusia di dunia dan akhirat. Yaitu dengan mengajak mereka untuk mengesakan Allah dalam ibadah dan mengikuti ajaran Rasul-Nya صلى الله عليه وسلم. Maka dari awal Islam ini datang adalah karena kasih sayang dan rahmat bagi seluruh manusia.
Namun ternyata manusia terbagi menjadi dua golongan: yang menerima dakwah ini dan yang menolaknya. Maka kita sebagai kaum muslimin yang menerima dakwah ini ketika menyaksikan para penolak dakwah keselamatan ini merasa kasihan. Mengapa mereka lebih memilih kebinasaan, adzab dan kemurkaan Allah سبحانه وتعالى di dalam api neraka daripada keselamatan?
Kita mendakwahi mereka seperti seorang yang menghalau serangga agar jangan masuk ke dalam api, tapi serangga bodoh itu tetap memaksa masuk ke dalamnya hingga binasalah ia.
Seperti apa yang telah digambarkan oleh Rasulullah صلى الله عليه وسلم dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah رضي الله عنه:
إِنَّمَا مَثَلِي وَمَثَلُ أُمَّتِي كَمَثَلِ رَجُلٍ اسْتَوْقَدَ نَارًا فَجَعَلَتِ الدَّوَابُّ وَالْفَرَاشُ يَقَعْنَ فِيهِ فَأَنَا آخِذٌ بِحُجَزِكُمْ وَأَنْتُمْ تَقَحَّمُونَ فِيهِ. (متفق عليه
"Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan umatku adalah seperti seseorang yang menyalakan api, lalu binatang dan serangga berduyun-duyun datang kepada api tersebut. Maka aku berupaya menghalangi kalian, namun kalian memaksa masuk ke dalam api tersebut. (HR. Bukhari Muslim)
Maka kejengkelan kita, kemarahan kita dan dimulainya dakwah yang lebih keras terhadap mereka sesungguhnya didasari rasa kasihan kepada mereka.
Oleh karena itu, ketika Allah سبحانه وتعالى memerintahkan untuk memerangi mereka pun, masih ada batas-batas yang menunjukkan rahmat Islam terhadap mereka.
Allah سبحانه وتعالى berfirman:
وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلاَ تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ. (البقرة: 190)
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian, (tetapi) janganlah kalian melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (alBaqarah: 190)
Ada dua kesimpulan penting dari ayat di atas:
1. Orang-orang yang diperangi adalah orang-orang kafir yang memerangi kalian.
2. Dalam memerangi mereka tidak boleh melampaui batas.
Ayat lain yang semakna dengan ini adalah firman Allah سبحانه وتعالى:
...فَمَنِ اعْتَدَى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدَى عَلَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ. (البقرة: 194)
…Oleh sebab itu barang siapa yang menyerang kalian, maka seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadap kalian. Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah, bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (al-Baqarah: 194)
Dalam ayat ini pun terdapat dua kesimpulan penting di atas:
1. Diperintahkan untuk memerangi orang-orang kafir yang menyerang kalian.
2. Diperintahkan untuk memerangi mereka dengan seimbang dan tidak melampaui batas.
Diriwiyatkan dalam Shahih Bukhari bahwa Asma –anak Abu Bakar ash-Shiddiq—berkata: "Ibuku yang bernama Raghibah yang masih dalam keadaan musyrik datang kepadaku di masa Nabi صلى الله عليه وسلم, maka aku bertanya kepada Nabi: "Wahai Rasulullah, apakah aku masih boleh bersilaturahmi dengannya?" Nabi صلى الله عليه وسلم menjawab: "Ya". Ibnu Uyainah (perawi hadits ini) menyatakan: "Maka turunlah ayat Allah سبحانه وتعالى:
لاَ يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّين... (الممتحنة: 8)
Allah tidak melarang kalian untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang (kafir) yang tidak memerangi kalian karena agama... (al-Mumtahanah: 8).
Ini semua karena tujuan kita adalah agar mereka mau menerima Islam sebagai agama mereka yang akan menyelamatkan mereka di dunia dan akhirat. Inilah tujuan pertama dan utama.
Maka di dalam surat an-Nahl Allah bawakan ayat yang semakna dengan ayat di atas dengan lebih dulu mengajarkan kepada kita agar berdakwah dengan hikmah, dengan peringatan-peringatan yang baik, dan dengan bantahan-bantahan yang lebih baik. Lalu Allah perintahkan membalas dengan balasan yang setimpal.
Allah سبحانه وتعالى berfirman:
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (125) وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ. (النحل: 125-126)
Serulah (manusia) kepada jalan Rabb-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Rabb-mu Dia-lah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. Dan jika kalian memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepada kalian. Akan tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar. (an-Nahl: 125-126)
Sehingga ketika orang-orang kafir itu menjadi tawanan pun, Islam mengajarkan untuk menyikapinya dengan baik, sebagai dakwah bil hal. Yakni mengajarkan kepada mereka rahmat dan ahlak Islam yang baik. Allah سبحانه وتعالى berfirman:
وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا. (الإنسان: 8)
Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. (al-Insaan: 8)
Siapa yang dimaksud tawanan kalau bukan tawanan perang dari kalangan orang-orang kafir?
Pernah dikisahkan tentang seorang tawanan yang bernama Tsumamah dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah رضي الله عنه, beliau berkata: "Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengirim satu pasukan berkuda ke daerah Najd. Mereka pulang dengan membawa seorang tawanan lelaki dari Bani Hanifah bernama Tsumamah bin Usal, pemimpin penduduk Yamamah. Lalu mereka mengikatnya pada salah satu tiang masjid. Satu hari Rasulullah صلى الله عليه وسلم keluar menemui tawanan tersebut. Beliau bertanya: "Bagaimana keadaanmu, wahai Tsumamah?" Tawanan itu menjawab: "Aku memiliki kebaikan, wahai Muhammad. Jika kamu mau membunuhku, maka engkau membunuh manusia yang memiliki darah. Namun jika kamu memberikan sesuatu kenikmatan (tidak dibunuh), maka engkau memberikan kenikmatan kepada orang yang mengerti berterima kasih. Jika kamu menginginkan harta, maka mintalah semaumu". Rasulullah صلى الله عليه وسلم lalu meninggalkan tawanan tersebut.
Keesokan harinya beliau menemui tawanan itu kembali, lalu beliau bertanya: "Bagaimana keadaanmu wahai Tsumamah?" Tawanan itu menjawab: "Seperti apa yang telah aku katakan. Jika engkau memberi kemikmatan, maka engkau memberi nikmat kepada orang yang mengerti berterima kasih. Jika kamu mau membunuh, maka engkau membunuh orang yang memiliki darah. Jika kamu menghendaki harta maka mintalah berapa banyak yang kamu mau". Lalu Rasulullah صلى الله عليه وسلم meninggalkannya.
Keesokan harinya Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda: "Bagaimana keadaanmu wahai Tsumamah?". Tsumamah berkata: "Padaku ada sesuatu yang telah aku katakan". Jika engkau memberi kemikmatan, maka engkau memberi nikmat kepada orang yang mengerti berterima kasih. Jika kamu mau membunuh, maka engkau membunuh orang yang memiliki darah. Jika kamu menghendaki harta maka mintalah, akan aku beri sesukamu".
Kemudian Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda kepada para Shahabat: "Lepaskan Tsumamah!". Lalu Tsumamah berangkat menuju ke kebun kurma. Setelah mandi, dia memasuki masjid dan mengucapkan syahadat: Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba serta utusan-Nya. Wahai Muhammad! Di muka bumi ini tidak ada wajah yang paling aku benci daripada wajahmu sebelum ini. Tetapi sekarang wajahmulah yang paling aku suka di antara wajah-wajah yang pernah aku temui. Sebelum ini tidak ada agama yang paling aku benci daripada agamamu dan sekarang hanya agamamulah yang paling aku sukai di antara agama-agama yang pernah aku temui. Dahulu negerimulah yang paling aku benci, tetapi sekarang negerimulah yang paling aku cintai di antara negeri-negeri yang pernah aku kenal. Sesungguhnya pasukan berkudamu selalu menangkapku, sedangkan aku ingin melakukan umrah. Bagaimana pendapatmu wahai Rasulullah صلى الله عليه وسلم?". Lalu Beliau صلى الله عليه وسلم menyampaikan berita gembira kepada Tsumamah dan menyuruhnya untuk melakukan umrah. Ketika sampai di Kota Mekah seorang bertanya kepadanya: "Kamu sudah keluar dari agamamu?" Tsumamah menjawab: "Tidak. Tetapi aku sudah memeluk Islam dan tunduk kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Demi Allah, tidak akan ada sebiji gandum pun dari Yamamah yang akan sampai kepadamu sebelum mendapat izin Rasulullah صلى الله عليه وسلم". (HR. Bukhari Muslim)
Yakni Tsumamah memboikot kaum musyrikin, karena semua gandum di Mekah berasal dari Yamamah, suku yang ia pimpin.
Maka --wahai kaum muslimin--, ketika kita marah dan jengkel kepada orang-orang kafir, ketika kita benci dengan kekafiran mereka bahkan ketika kita memerangi mereka tetap harus diingat tujuan utama dakwah Islam ini adalah menyebarkan rahmat kepada seluruh manusia. Maka perangilah mereka dengan tidak melampaui batas-batas kebencian dengan cara yang sunnah. Sebenci-bencinya Rasulullah صلى الله عليه وسلم kepada Wahsyi yang pernah membunuh pamannya Hamzah –sang pemburu singa-- رضي الله عنه, beliau tetap menerima keislamannya.
Demi Allah! Kalau agama ini diukur dengan emosi, Rasulullah صلى الله عليه وسلم tentunya tidak akan memaafkan Wahsyi yang merobekrobek dada Hamzah dan mengambil jantungnya atau Hindun yang mengunyah jantungnya. Bahkan sebaliknya Rasulullah صلى الله عليه وسلم mengajarkan kepada kaum muslimin agar dalam perang tidak merusak jasad-jasad musuh. Sebagaimana diriwayatkan dalam hadits yang panjang ketika Rasulullah صلى الله عليه وسلم memberikan pesan-pesan kepada pasukan perang. Di antara pesan itu adalah beliau صلى الله عليه وسلم berkata:
...أُغْزُوْا وَلاَ تَغُلُّوْا وَلاَ تَغْدُرُوْا، وَلاَ تُمَثِّلُوْا... (رواه مسلم)
…Berperanglah tapi jangan mencuri rampasan perang, jangan ingkar janji, dan jangan merusak jasad musuh… (HR. Muslim)

Sumber : Bulettin Risalah Dakwah Manhaj Salaf, edisi 87/ Th ke II, 06 DzulQa'dah 1426 H/16 Desember 2005 M dengan judul Asli : Tujuan Dakwah : Menyelamatkan Seluruh Manusia

0 comments:

Silahkan baca juga :