Code Banner "Materi Tauhid"
Code Banner "Say No! To Terrorism!"

15 Maret 2010

Kriteria Orang-orang yang Bertauhid

Penulis:
Al-Ustadz Abdul Mu'thi

بسم الله الرحمن الرحيم

Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman dalam Al-Qur`anul Karim:

إِنَّ الَّذِيْنَ هُمْ مِنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُوْنَ. وَالَّذِيْنَ هُمْ بِآيَاتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُوْنَ. وَالَّذِيْنَ هُمْ بِرَبِّهِمْ لاَ يُشْرِكُوْنَ. وَالَّذِيْنَ يُؤْتُوْنَ مَا آتَوْا وَقُلُوْبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُوْنَ. أُولَئِكَ يُسَارِعُوْنَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُوْنَ

“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Rabb mereka, orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Rabb mereka, orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Rabb mereka (sesuatupun), dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut (karena tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabbnya, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” (Al-Mu`minun: 57-61)

Ayat-ayat di atas menyebutkan kriteria orang-orang yang beriman dan bertauhid dengan baik.
Tentang firman Allah -Subhanahu wa Ta’ala-:

إِنَّ الَّذِيْنَ هُمْ مِنْ خَشْيَةِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُوْنَ

“Sesungguhnya orang-orang yang berhati-hati karena takut akan (azab) Rabb mereka.” (Al-Mu`minun: 57)
Ibnu Katsir -rahimahullah- berkata:
“Mereka berbuat baik dan beramal shalih karena takut terhadap Rabb mereka dan khawatir ditimpa oleh sesuatu yang tidak mereka inginkan. Inilah kondisi seorang mukmin, dia berbuat kebaikan karena takut kepada Allah dan khawatir tidak memperoleh apa yang mereka inginkan.”

Al-Hasan Al-Bashri -rahimahullah- menyatakan, “Seorang mukmin mengumpulkan antara perbuatan baik dan rasa takut kepada Allah -Subhanahu wa Ta’ala-. Sedangkan seorang munafik mengumpulkan antara perbuatan jelek dan rasa aman dari siksa Allah -Subhanahu wa Ta’ala-.”
Tentang firman Allah -Subhanahu wa Ta’ala-:

وَالَّذِيْنَ هُمْ بِآيَاتِ رَبِّهِمْ يُؤْمِنُوْنَ

Dan orang-orang yang beriman dengan ayat-ayat Rabb mereka.” (Al-Mu`minun: 58)

Perlu diketahui bahwa beriman dengan ayat-ayat Allah -Subhanahu wa Ta’ala- mencakup dua hal:
1. Beriman dengan ayat Allah Al-Kauniyyah.
Maksudnya beriman bahwa segala yang terjadi di alam ini dengan taqdir dan ketentuan Allah -Subhanahu wa Ta’ala-.

2. Beriman dengan ayat Allah Asy-Syar’iyyah.
Maksudnya beriman kepada syariat yang Allah -Subhanahu wa Ta’ala- turunkan melalui Nabi -Shallallahu 'alaihi wa sallam-

Ayat Allah Asy-Syar’iyyah mengandung tiga hal:
a. Perintah Allah yang disyariatkan. Ini adalah perkara yang dicintai Allah -Subhanahu wa Ta’ala-.
b. Larangan Allah yang disyariatkan. Ini adalah perkara yang dibenci Allah Subhanahu wa Ta’ala.
c. Kabar yang diberitakan oleh Allah -Subhanahu wa Ta’ala- dalam syariat-Nya. Kabar ini adalah benar dan tidak mungkin dusta, sebab datangnya dari sisi Allah -Subhanahu wa Ta’ala-.
Tentang firman Allah -Subhanahu wa Ta’ala-:

وَالَّذِيْنَ هُمْ بِرَبِّهِمْ لاَ يُشْرِكُوْنَ

“Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Rabb mereka (sesuatupun).(Al-Mu`minun: 59)

Perlu diketahui bahwa tidak berbuat syirik yang dimaksud dalam ayat ini adalah makna yang menyeluruh dan mencakup segala jenisnya. Artinya tidak berbuat syirik besar maupun kecil, baik yang jelas atau tersembunyi. Ini adalah sifat seorang yang merealisasikan tauhid secara sempurna.

Jika dinyatakan “tidak berbuat syirik” sedikit pun, berarti terlepas pula dari perbuatan bid’ah dan maksiat. Sebab berbuat bid’ah dan maksiat merupakan realisasi menjadikan hawa nafsu sebagai sesembahan selain Allah. Inilah yang disebut dengan syirik1. Coba perhatikan firman Allah -Subhanahu wa Ta’ala-:

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيْهِ مِنْ بَعْدِ اللهِ أَفَلاَ تَذَكَّرُوْنَ

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilah (sesembahan) nya dan Allah menyesatkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat)? Maka mengapa kamu tidak mengambil peringatan?” (Al-Jatsiyah: 23)
Wallahu a’lam bish-shawab.

Sumber : http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=442, ditulis kembali secara terpisah persub judul oleh Ittibausalaf press.

0 comments:

Silahkan baca juga :