Code Banner "Materi Tauhid"
Code Banner "Say No! To Terrorism!"

14 Maret 2010

Kesyirikan = Sebab Perselisihan Manusia

Penulis:
Al-Ustadz Abdul Mu'thi

بسم الله الرحمن الرحيم

Mulai masa Nabi Adam -‘alaihissalam- sampai kurun waktu yang cukup panjang setelahnya, manusia senantiasa berada di atas Islam sebagai agama tauhid. Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman:

كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللهُ النَّبِيِّيْنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ

Dahulu manusia itu adalah umat yang satu. Maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan.” (Al-Baqarah: 213)
 
Kesyirikan berawal pada masa kaum Nabi Nuh -‘alaihissalam.- Maka Allah mengutus Nabi Nuh -‘alaihissalam- sebagai rasul yang pertama. Allah -Subhanahu wa Ta’ala- berfirman:

إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوْحٍ وَالنَّبِيِّيْنَ مِنْ بَعْدِهِ

Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang setelahnya.” (An-Nisa`: 163)

Jarak antara Nabi Adam dan Nabi Nuh -‘alaihimassalam- adalah sepuluh generasi yang seluruhnya berada di atas Islam, sebagaimana penjelasan Ibnu ‘Abbas -radhiyallahu 'anhuma.- Menurut Ibnul Qayyim -rahimahullah-, ini merupakan pendapat yang benar. (Al-Muntaqa min Ighatsatil Lahafan hal. 440)
Ubay bin Ka’b -radhiyallahu 'anhu- membaca firman Allah -Subhanahu wa Ta’ala- dalam surat Al-Baqarah ayat ke-213 dengan bacaan sebagai berikut:

كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَاخْتَلَفُوا فَبَعَثَ اللهُ النَّبِيِّيْنَ مُبَشِّرِيْنَ وَمُنْذِرِيْنَ

Dahulu manusia itu adalah umat yang satu, lalu mereka berselisih, maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan.”

Bacaan Ubay bin Ka’b diatas dikuatkan oleh firman Allah -Subhanahu wa Ta’ala-:

وَمَا كَانَ النَّاسُ إِلاَّ أُمَّةً وَاحِدَةً فَاخْتَلَفُوا

Dahulu tidaklah manusia melainkan umat yang satu, kemudian mereka berselisih.” (Yunus: 19)

Maksud pernyataan Ibnul Qayyim sebelumnya bahwa para nabi diutus karena perselisihan manusia, mereka telah keluar dari agama yang benar sebagaimana yang mereka pegangi sebelumnya.
Dahulu bangsa Arab juga berada di atas agama Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yaitu tauhid. Hingga datang ‘Amr bin Lu`ai Al-Khuza’i yang kemudian mengubah agama Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Melalui orang ini, tersebarlah penyembahan terhadap berhala di bumi Arab, khususnya wilayah Hijaz. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Nabi kita Muhammad -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- menjadi nabi yang terakhir.

Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- menyeru manusia kepada agama tauhid dan mengikuti ajaran Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Beliau berjihad di jalan Allah dengan sebenar-benarnya sampai agama tauhid tegak kembali dan runtuh segala penyembahan terhadap berhala. Saat itulah Allah menyempurnakan agama dan nikmat-Nya bagi alam semesta. Selanjutnya, generasi yang terbaik dari umat ini berjalan di atas ajaran tauhid.

Namun setelah masa mereka berlalu, umat ini kembali didominasi oleh berbagai kebodohan. Mereka terkungkung dengan berbagai pemikiran baru yang mengembalikan kepada kesyirikan. Bahkan pengaruh dari agama-agama lain cukup kuat mewarnai semangat keagamaan yang mereka miliki.

Sejarah penyebaran syirik terulang pada umat ini disebabkan para penyeru kesesatan. Sebab lain yang tak kalah penting adalah pembangunan kuburan-kuburan dalam rangka pengagungan terhadap para wali dan orang-orang shalih secara berlebihan. Sehingga kuburan menjadi tempat pengagungan, lantas menjadi berhala yang disembah selain Allah. Berbagai amalan diperuntukkan bagi kuburan baik berupa doa, penyembelihan, nadzar dan yang selainnya. (lihat Kitabut Tauhid karya Asy-Syaikh Dr. Shalih Al-Fauzan, hal. 6-7)

Itulah fenomena sejarah perjalanan agama umat manusia sampai zaman ini. Hari-hari belakangan ini, kesyirikan telah sedemikian dahsyat melanda kaum muslimin. Sedikit sekali di antara mereka yang mengerti tentang tauhid dan bersih dari syirik. 
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Asy-Syaikh pernah berkata: “Di awal umat ini, jumlah orang yang bertauhid cukup banyak, sedangkan di masa belakangan jumlah mereka sangat sedikit.(Qurratul ‘Uyun hal. 24)

Kita mendapatkan perkara tauhid sebagai barang langka di kehidupan sebagian masyarakat muslimin. Tidak dengan mudah kita menemuinya walaupun mereka mengaku sebagai muslimin. Karena itu perlu untuk membangkitkan kembali semangat bertauhid di tengah umat ini. Karena tauhid adalah hak Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling wajib untuk ditunaikan oleh manusia. Wallahu a’lam bish-shawab.

Sumber : http://www.asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=442, ditulis kembali secara terpisah persub judul oleh Ittibausalaf press.

0 comments:

Silahkan baca juga :