AHLI ILMU (ULAMA) LEBIH UTAMA DARI AHLI IBADAH
Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
“Keutamaan ahli ilmu diatas ahli ibadah adalah seperti keutamaanku diatas orang terendah diantar kalian. (Dalam riwayat lain) Seperti bulan di malam purnama diantara bintang-bintang lainnya”. (H.R. Ahmad, Abu Dawud,Tirmidzi,Ibnu Majah, Ad-Darimi dan dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahih Targhib wa Tarhib dan Misykatul Mashaabiih)
Yang demikian karena ahli ibadah tanpa ilmu, kemungkinan salahnya lebih besar daripada kemungkinan benarnya dan mereka tidak mendapatkan keutamaan ilmu dan kemuliaan yang Allah janjikan dalam ayat diatas. Maka apakah sama orang-orang yang berilmu dan tidak berilmu?
Oleh karena itulah ilmu lebih didahulukan daripada ibadah, karena tidak mungkin seorang akan beribadah tanpa ilmu.
“Keutamaan ahli ilmu diatas ahli ibadah adalah seperti keutamaanku diatas orang terendah diantar kalian. (Dalam riwayat lain) Seperti bulan di malam purnama diantara bintang-bintang lainnya”. (H.R. Ahmad, Abu Dawud,Tirmidzi,Ibnu Majah, Ad-Darimi dan dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahih Targhib wa Tarhib dan Misykatul Mashaabiih)
Yang demikian karena ahli ibadah tanpa ilmu, kemungkinan salahnya lebih besar daripada kemungkinan benarnya dan mereka tidak mendapatkan keutamaan ilmu dan kemuliaan yang Allah janjikan dalam ayat diatas. Maka apakah sama orang-orang yang berilmu dan tidak berilmu?
Oleh karena itulah ilmu lebih didahulukan daripada ibadah, karena tidak mungkin seorang akan beribadah tanpa ilmu.
Imam Bukhari -rahimahullah-meletakkan dalam Shahihnya satu bab khusus dengan judul : “Ilmu sebelum berkata dan beramal”. Tentunya dalam bab tersebut dibawakan dalil-dalil tentang keutamaan ilmu dan didahulukannya ilmu sebelum beramal. Diantaranya ucapan Allah -Subhanahu wa Ta’ala- :
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu”. (Muhammad : 19)
Berkata Imam Bukhari -rahimahullah- : “Maka Allah memulainya dengan ilmu sebelum ucapan dan perbuatan” . (Fathul Bari 1/215)
Demikianlah agar manusia tidak menyesal di akhirat karena keliru dalam beribadah. Allah berfirman :
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”. (Al-Israa’:36)
Dan Allah gambarkan pula dalam Al-Qur’an orang-orang kafir yang tidak mau mempelajari agama Islam, tidak mau mendengar nasihat ilmu dari Allah dan Rasul-Nya. Allah gambarkan penyesalan mereka dalam ayat-Nya :
“Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”.(Al-Mulk : 10)
(Sumber: Buletin Manhaj salaf edisi 33 tahun ke IV, 30 Dzulqo'dah 1429 H)
Lihat juga:
“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu”. (Muhammad : 19)
Berkata Imam Bukhari -rahimahullah- : “Maka Allah memulainya dengan ilmu sebelum ucapan dan perbuatan” . (Fathul Bari 1/215)
Demikianlah agar manusia tidak menyesal di akhirat karena keliru dalam beribadah. Allah berfirman :
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”. (Al-Israa’:36)
Dan Allah gambarkan pula dalam Al-Qur’an orang-orang kafir yang tidak mau mempelajari agama Islam, tidak mau mendengar nasihat ilmu dari Allah dan Rasul-Nya. Allah gambarkan penyesalan mereka dalam ayat-Nya :
“Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”.(Al-Mulk : 10)
(Sumber: Buletin Manhaj salaf edisi 33 tahun ke IV, 30 Dzulqo'dah 1429 H)
Lihat juga:
2 comments:
saya dpt assgment yg yg diajukan oleh lecturer kpd kami..
"mengapa Allah betanykan adakah org yg berilmu sama dgn yg tidak berilmu? sedangkan Allah lebih mengetahui?" ad info tntg perkara ini x?
@Suara yg menyatakn:
Jawaban kami lebih kepada penjelasan tinjauan secara bahasa. Dalam tata bahasa Arab, pertanyaan seperti dalam ayat itu disebut "Su'alul-inkar" yaitu suatu pertanyaan yang mengandung pernyataan yang bersifat pengingkaran terhadap perbuatan tersebut.Dalam bahasa Indonesia atau bahasa Malaysia atau bahasa Inggrispun, model pertanyaan inkari seperti inipun sering dijumpai, dan pertanyaan itu tidak perlu jawaban karena biasanya diajukan sebagai bentuk celaan dan sindiran. Wallahu a'lam bish-shawwab.
Posting Komentar